Thursday, December 27, 2012

UHUD

GUNUNG UHUD
ziarah ke syuhadauhud , makam sayidina hamzah dan par sahabat



Dalam peperangan besar ini, pasukan Muslimin dipimpin langsung oleh Rasulullah saw dan bala tentara Makkah dipimpin langsung oleh Abu Sufyan sebagai dedengkota penentangan terhadap perkembangan Islam. Perang Uhud adalah perang kedua yang pernah dialami oleh Muslimin. Pada Perang Badar yang meletus sebelum perang ini, Muslimin berhasil mengalahkan bala tentara Makkah.

Mengapa Diberi Nama Uhud?

Menurut sebagian ahli sejarah, lantaran terpisah secara mandiri dari rentetan pegunungan yang lain, gunung itu diberi nama Gunung Uhud. Tapi menurut pendapat ahli sejarah yang lain, karena Rasulullah saw sangat mencintai tauhid dan berusaha untuk menyebarkannya, gunung itu diberi nama Gunung Uhud.

Pra Perang Uhud

Setelah para penyembah berhala Quraisy mengalami kekalahan telak di Perang Badar, Abu Sufyan melarang pendirian ritual duka untuk mereka yang telah mati. Untuk membalas dendam terhadap Muslimin, ia meminta bantuan kepada Bani Kinanah dan Tsaqif. Akhirnya, terbentuklah sebuah laskar dengan 3000 bala tentara.

Jubair bin Muth'im menghibahkan budaknya yang bernama Wahsyi kepada Hindun binti Utbah. Hindun pun berjanji apabila Wahsyi berhasil membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib, maka ia akan membebaskan Wahsyi. Abu Sufyan sendiri memegang komando pasukan Quraisy. Ia menyerahkan komando pasukan berkuda sebelah kanan kepada Khalid bin Walid dan komando pasukan berkuda sebelah kiri kepada Ikrimah bin Abu Jahal. Sementara itu, Hindun memegang komando pasukan pejalan kaki di area tengah.

Berkenaan dengan metode peperangan, Muslimin berbeda pandangan. Sekelompk Anshar yang didukung oleh Abdullah bin Ubay menginginkan untuk tidak meninggalkan Madinah dan melakukan pertahanan di dalam kota. Sementara itu, kalangan pemuda Muhajirin menginginkan keluar dari Madinah dan berperang di luar kota. Rasulullah saw memilih pandangan kedua dan mengambil keputusan supaya pasukan Islam keluar kota.
Pasukan Islam keluar dari kota dan tiba di sebuah daerah bernama Syauth. Tapi Abdullah bin Ubay disertai beberapa orang kelompoknya kembali ke Madinah. Rasulullah saw bermalam di Syaikhan dan meletakkan Muhammad bin Maslamah untuk berjaga-jaga. Rasulullah saw juga meletakkan dua kelompok pemanah di atas bukit dan menunjuk Abdullah bin Jubair sebagai komandan mereka. 

Perang Meletus

Abu Amir Ausi salah seorang yang telah menerima suaka politik dari Makkah memulai perang. Dalam duel, Suhail bin Amr berhasil mengalahkan Abu Amir, Ali bin Abi Thalib mengalahkan Thalhah bin Abi Thalhah, dan Zubair bin Awam berhasil menaklukkan Zaid bin Sa'ad.

Akhirnya, peperangan antara pasukan pejalan kaki meletus sengit. Seluruh pemegang bendera bala tentara Quraisy binasa satu per satu. Hanya tersisa Khalid bin Walid dan pasukannya. Ketika pasukan Muslimin sedang sibuk mengumpulkan harta rampasan perang, ia menyerang mereka dari belakang. Ketika Umrah binti Alqamah melihat penyerangan pasukan Khalid, ia mengangkat bendera komando pasukan Muslimin dan bala tentara Muslimin pun berkumpul di sekelilingnya. Salah seorang bala tentara Quraisy bernama Laitsi berhasil membunuh Mush'ab bin Umair. Tapi ia mengumumkan kepada khalayak bahwa telah berhasil membunuh Rasulullah saw.

Keberanian Imam Ali bin Abi Thalib

Ibn Atsir dalam buku sejarahnya menulis, "Rasulullah saw diserang oleh bala tentara Quraisy dari segala arah secara berkelompok. Setiap kelompok menyerang, Rasulullah saw memerintah Ali untuk menyerang. Setelah sebagian dari mereka berhasil dibunuh olehnya, mereka pun tercerai-berai. Peristiwa ini terjadi beberapa kali di Perang Uhud." 

Dari pengalaman Perang Badar, Quraisy mengetahui keberanian Muslimin. Oleh karena itu, mereka menentukan banyak dari para jawara mereka sebagai pemegang bendera komando. Jawara pertama yang bertugas memegang bendera komando adalah Thalhah bin Thulaihah. Ia juga adalah orang pertama yang mampus di tangan Ali. Setelah Thalhah mati, orang-orang ini memegang bendera komando secara silih berganti: Sa'id bin Thalhah, Utsman bin Thalhah, Harits bin Abi Thalhah, Aziz bin Utsman, Abdullah bin Jamilah, Arthat bin Syarahbil, dan Shawab. Seluruhnya mati di tangan Ali. Setelah semua jawara ini musnah, bala tentara Quraisy lari tunggang-langgang. Dan kemenangan Muslimin pun terwujud lantaran keberanian Ali bin Abi Thalib. (Tafsir Al-Qomi, hlm. 103; Al-Irsyad, hlm. 115)

Pengorbanan Imam Ali bin Thalib as dalam Perang Uhud sangat besar sehingga pedangnya putus pada saat berperang. Melihat hal ini, Rasulullah saw menghadiahkan pedang beliau yang bernama Dzulfiqar kepadanya supaya ia dapat melanjutkan jihad di jalan Allah.

Lantaran pengorbanan Ali yang sangat besar ini, malaikat Jibril turun seraya berkata, "Ini adalah puncak pengorbanan yang telah diberikan oleh Ali." Rasulullah pun membenarkan wahyu itu seraya bersabda, "Aku dari Ali dan Ali dariku." Setelah itu, sebuah seruan terdengar di medan perang yang berseru, "La saifa illa Dzulfiqar wa la fata illa Ali." (Tiada pedang selain Dzulfiqar dan tiada pemuda selain Ali). (Al-Kamil fi Al-Tarikh, jld. 2, hlm. 107) 

Dalam sebuah riwayat disebutkan, Ali pernah menceritakan kehadirannya dalam Perang Uhud. Ia berkata, "Ketika bala tentara Quraisy menyerang kami, Anshar dan Muhajirin melarikan diri menuju rumah masing-masing. Tapi, sekalipun 70 buah luka hinggap di tubuhku, saya tetap melakukan pembelaan terhadap Rasulullah. Setelah itu, Rasulullah mengusap seluruh luka itu dan saat itu juga membaik." 

Jumlah Syuhada Uhud

Menurut pandangan masyhur para ahli sejarah, para syuhada Uhud berjumlah 70 orang. Tapi, masih ada juga pendapat tidak masyhur yang menyatakan bahwa para syuhada Uhud lebih sedikit atau lebih banyak dari jumlah ini. Alla kulli hal, empat orang dari mereka; yaitu Hamzah, Abdullah bin Jahsy, Mush’ab bin Umair, dan Syimas Makhzumi berasal dari kalangan Muhajirin dan selebihnya berasal dari kalangan Anshar.

Dari sekian syuhada yang telah gugur di jalan Islam ini, Hamzah memiliki keistimewaan tersendiri. Dalam sebuah hadis, Hamzah memiliki keutamaan yang melebihi seluruh syuhada yang lain kecuali para nabi dan washi. (Kamal Al-Din, jld. 1, hlm. 263) Menurut sebuah hadis yang lain, di tiang Arsy Ilahi tertulis “Hamzah asadullah wa asad rasulih wa sayyidus syuhada”. (Basha’ir Al-Darajat, hlm. 34)

Faktor Kekalahan Muslimin

Perang Uhud terjadi dalam dua fase yang berbeda. Pada fase pertama, kaum Quraisy mengalami kekalahan. Akan tetapi, pada fase kedua, kekalahan menghampiri pasukan Muslimin.

Setelah kaum Quraisy mengalami kekalahan telak, kondisi berubah total. Hal ini terjadi lantaran sekelompok Muslimin yang melihat kekalahan musuh menyerang mereka dan mengumpulkan harta rampasan perang. Pada saat itu, sekelompok pemanah yang telah diperintahkan oleh Rasulullah saw untuk berjaga-jaga di atas bukit menentang perintah komandan mereka, Abdullah bin Jubair. Yang tersisa hanya 10 pemanah di atas bukit. Mereka juga menyerang bala tentara Quraisy dan mengumpulkan harta rampasan perang. 

Khalid bin Walid sebagai komandan pasukan memanfaatkan kesempatan emas ini. Ia mengelilingi gunung Uhud bersama pasukannya dan dapat mengalahkan Abdullah yang hanya disertai sedikit bala tentara itu dengan sangat mudah. Lalu, ia menyerang pasukan Muslimin yang sedang sibuk mengumpulkan harta rampasan perang dan tidak tahu apa yang sedang mengancam mereka.

Dari satu sisi, kaum wanita Quraisy bertindak sebagai pembakar semangat pasukan. Dengan jeritan-jerita histeris, mereka berhasil mengembalikan bala tentara Quraisy yang telah melarikan diri. Dengan ini, serangan baru musuh dimulai.
Ini adalah faktor pertama kekalahan Muslimin.

Faktor kedua yang menyebabkan kekalahan Muslimin adalah berita tersebar bahwa Rasulullah saw telah terbunuh.

Di tengah pertempuran yang sengit, Rasulullah saw terluka dan terjatuh di sebuah lubang. Melihat hal ini, Suraqah berteriak-teriak bahwa Muhammad telah terbunuh. Berita ini tersebar bak kilat di kalangan pasukan musyrikin dan di tengah bala tentara Muslimin yang sedang lusuh. Mendengar berita ini, Muslimin pun patah semangat.
Mendengar berita ini, akhirnya sekelompok Muslimin melarikan diri. Menurut penuturan Ibn Uqbah, kondisi mereka sangat kacau-balau dan semrawut sehingga menyerang sesama mereka dan melukai sesama saudara. (Wafa’ Al-Wafa’, jld. 1, hlm. 286) 

Para ahli sejarah seperti Thabari ketika menggambarkan kondisi Muslimin kala itu menulis, “Ketika kekalahan terjadi dan tersebar berita bahwa Rasulullah telah terbunuh, Muslimin terbagai dalam tiga kelompok: sebagian terluka parah, sebagian lain bertahan sehingga memperoleh syahadah, dan sebagian lagi melarikan diri sehingga bisa terselamatkan.” (Tarikh Al-Thabari, jld. 2, hlm. 377)

Perang Uhud pun berakhir sedangkan banyak Muslimin yang gugur sebagai syahid. Sebagian lain termasuk Rasulullah saw sendiri mengalami luka-luka. Tapi tak satu pun dari kedua belah pihak yang berhasil menahan tawanan.

Muslimin lantaran melanggar perintah Rasulullah saw tidak dapat mempertahankan kemenangan pertama yang telah berhasil diperoleh dan mengalami kekalahan. Tapi, kekalahan ini hanya bersifat sementara. Sekalipun mereka harus menanggung kerugian yang sangat berat, tapi mereka telah memperoleh pengalaman yang sangat berharga.
Keesokan harinya, ketika Rasulullah saw telah tiba di Madinah bersama bala tentara yang masih tersisa, Allah memerintahkan mereka untuk mengejar musuh yang sedang berjalan pulang. Rasulullah menunjuk Ibn Ummi Maktum sebagai pengganti beliau di Madinah dan langsung mengejar musuh ke daerah Hamra'ul Asad yang terletak di sekitar 8 farsakh dari kota Madinah. Dengan gebrakan ini, musuh akhirnya mengurungkan niat untuk kembali menyerang Muslimin. (Da'eratul Ma'aref-e Tashayyo', jld. 1)

Perang Uhud merupakan sebuah pentas untuk mengenal mukmin dari munafik. Bertahan dalam perang dan menaati seluruh perintah Rasulullah saw merupakan pertanda keimanan. Sedangkan, titik oposisinya adalah pertanda kelemahan iman. Surah Ali Imran ayat 140 mengisyaratkan masalah ini. 


BUKIT RUMAH


persembunyian rosulullah di uhud

2 comments:

  1. bang itu perut tambah subur amat,,, hehehhehe peace,,,, jgn lupa kalo ziarah ajak2 ane dalam do'a nya ya,,,, heheheheh

    ReplyDelete
  2. dah past om , semua orang pinggirrawa saya panggil, di indo aja dah subur pa lagi di sini

    ReplyDelete